Teknik Parafrase untuk Menghindari Plagiarisme, Penulis Karya Ilmiah Wajib Tahu!

        

    Dalam menulis karya ilmiah, pasti memerlukan data pendukung dari berbagai referensi yang bisa menguatkan hasil penulisan dalam karya ilmiah. Karya ilmiah pun beragam yakni seperti skripsi, tesis, disertasi, karya tulis ilmiah, esai ilmiah, makalah, dan sebagainya. Dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat etika penulisan yang perlu diperhatikan oleh penulis. Salah satunya adalah tidak menjiplak atau mengakui karya orang lain sebagai hasil karya kita. Baik itu sebagian maupun secara keseluruhan. Dalam etika penulisan, hal ini  disebut plagiarisme. Plagiarisme adalah mengambil gagasan orang lain tanpa menyantumkan nama penulisnya. Sebenarnya, kita boleh untuk mengambil gagasan orang lain (melakukan kutipan) tetapi harus mencantumkan sumbernya. Untuk membahas lebih lanjut terkait plagiarisme, berikut adalah beberapa istilah yang harus dipahami dalam penulisan karya ilmiah agar tidak terindikasi plagiarisme. 

Tips Penting untuk Menghindari Plagiarisme

1. Mencantumkan Sitasi

        Sitasi adalah mencantumkan nama penulis/sumber di setiap gagasan yang kita ambil. Baik itu kalimat maupun paragraf. Sitasi biasanya ditulis dengan mencantumkan nama penulis disertai tahun penulisan. Sitasi sangat penting untuk dicantumkan agar karya tulis kita tidak terindikasi plagiarisme. Selain itu, dalam hal etika ini dilakukan juga untuk menghargai karya orang lain. 

Sitasi secara umum terbagi menjadi 2 jenis yakni:

a. Bodynote

Bodynoote merupakan penulisan sitasi yang dilakukan di dalam paragrafnya langsung. Dalam menulis bodynote ada dua tipe cara yang bisa dilakukan yakni:

1. Di depan (awal kalimat)

Contoh penulisannya adalah :

Menurut Adi (2020), ....

Berdasarkan pendapat Reno (2019), .....

Biasanya penulisan sitasi di depan kalimat akan di akhiri tanda koma dan dianjutkan dengan kalimat yang disitasi. 

2. Di akhir kalimat (paragraf)

        Selain di tulis di awal kalimat, sitasi juga boleh di akhir kalimat. Hal ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhan penulisan baik dalam kalimat maupun paragraf.

Contoh penulisan:

........ (Bara, 2018).

....... (Bima, 2015; Fajar, 2020).

(tanda titik-titik menunjukkan kalimat yang disitasi). 

b. Footnote

        Footnote adalah tipe penulisan sitasi di halaman bawah. Berbeda dengan sitasi, penulisan footnote relatif lebih panjang dan lebih lengkap. Biasanya pada akhir kalimat yang disitasi menggunakan footnote akan ditandai dengan angka misal 1,2,3, dan seterusnya. Tanda angka ditulis kecil di bagian atas. Untuk penulisan footnote bawah biasanya berisi nama penulis, judul, nama jurnal, dan halaman yang dikutip. Namun, juga perlu disesuaikan dengan jenis tipe penulisan sitasi yang digunakan.

Contoh penulisan:

        Plagiarisme harus dihindari dalam penulisan karena menunjukkan etika penulisan dari seorang penulis 1.

__________________________________________________________________________

Rati, dkk., Teknik Parafase dalam Keterampilan Menulis untuk Menghindari Plagiarisme (Prosiding Seminar Nasional PBSI-III, 2020). Hal. 343. 

2. Mencantumkan Daftar Pustaka

        Daftar Pustaka adalah kumpulan pustaka yang ada di sitasi. Ini adalah kumpulan sumber-sumber yang digunakan oleh penulis untuk mengambil kutipan. Daftar pustaka memilliki banyak tipe penulisan seperti APA style, Harvard, Chicago, dan lainnya. Penulisan daftar pustka penting dilakukan agar tidak terindikasi plagiarisme. Jumlah pustaka di dalam daftar pustaka harus sama dengan jumlah sitasi. Penulisan daftar pustaka harus diurutkan sesuai abjad. Secara umum penulisan daftar pustaka memuat nama penulis, tahun, judul, nama jurnal, volume dan nomor, serta halaman. 

Contoh penulisan adalah sebagai berikut. 

Ruslan, R., dkk. (2020). Plagiarisme dalam Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa: Proses, Bentuk, dan Faktor Penyebab. KREATIF: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam. 18(2): 147-160. 

Simak Juga : Cara Mengatasi Mendeley Error atau Tidak Bisa Dibuka

3. Melakukan Parafrase

    Adanya sitasi dan daftar pustaka saja ternyata tidak dapat menghindarkan pada plagiarisme. Oleh karena itu, selain mencantumkan sitasi dan daftar pustaka maka perlu juga melakukan parafrase. Menurut Rati, dkk., (2020), parafrase adalah menyajikan kembali gagasan orang lain menggunakan bahasa yang berbeda tanpa mengubah makna aslinya. Artinya dalam kalimat yang kita kutip harus dibuat dengan penulisan yang berbeda tetapi maknanya sama. Parafrase dapat dilakukan pada kutipan secara tidak langsung. Kutipan langsung relatif jarang digunakan karena dapat membuat tingginya angka plagiasi dalam sebuah karya. Parafrase harus dilakukan agar kalimat yang dikutip tidak terindikasi plagiarisme. Biasanya karya penulisan seperti skripsi memiliki batas maksimal nilai plagiarisme antara 10-15%.

Teknik Parafrase dalam Penulisan Karya Ilmiah

        Untuk melakukan parafrase dalam penulisan karya ilmiah, terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan yakni sebagai berikut.

1. Mengubah struktur kalimat

        Teknik parafrase yang pertama adalah dengan mengubah struktur kalimatnya. Misalnya kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. Kemudian, bisa juga dengan menukar posisi induk kalimat dan anak kalimat. Struktur kalimat bisa disesuaikan tetapi maknanya harus sama. Dengan mengubah struktur kalimat, maka kalimat yang dikutip akan terhindar dari plagiarisme.

Contoh:

Parafrase merupakan teknik dapat digunakan untuk menghindari plagiarisme (kalimat asli)

Salah satu teknik untuk menghindari plagiarisme adalah teknik parafrase (kalimat yang diparafase)

2. Menggunakan sinonim kata

        Teknik yang kedua adalah mengganti setiap kata dalam kalimat menggunakan sinonimnya. Cara ini juga dapat dikombinasikan dengan cara yang pertama. Ketika menggunakan sinonim maka kita harus banyak memahami sinonim agar kalimat yang diparafrase tetap memiliki makna yang sama tetapi dengan kata yang berbeda.

Contoh: 

Untuk menghindari plagiarisme, maka kutipan harus diparafrase (kalimat asli)

Agar mencegah plagiarisme, jadi perlu dilakukan parafrase (kalimat yang diparafrase)

3. Mengambil inti kalimat kemudian membuat kalimat kembali dengan bahasa penulis

        Teknik yang ketiga dimulai dengan membaca kalimat yang ingin dikutip dengan seksama. Kemudian mengambi inti dari kalimat tersebut. Selanjutnya, kita membuat kembali dengan bahasa kita sendiri tetapi makna/inti kalimatnya harus sama dengan makna dari kalimat yang dikutip. 

Contoh: 

Parafrase dapat dilakukan dengan 3 cara (kalimat asli)

Terdapat 3 tahapan yang dapat diterapkan untuk melakukan parafrase (kalimat yang diparafrase)

        Ketiga teknik di atas dapat digunakan secara bersamaan. Disesuaikan saja dengan kebutuhan penulis. Secara umum, teknik yang digunakan adalah ketiga teknik di atas. Penulis bebas memilih teknik mana yang lebih nyaman digunakan. Perlu diingat kembali, bahwa untuk menghindari plagiarisme maka kalimat yang dikutip harus diparafrase dan mencantumkan sitasi serta daftar pustaka. Sebagai penulis kita harus menerapkan etika penulisan yakni dengan menghindari plagiarisme. 

REFERENSI

Rati, dkk. (2021). Teknik Parafrase dalam Keterampilan Menulis untuk Menghindari Plagiarisme. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (SemNas PBSI). 3: 333-334. 

Ruslan, R., dkk. (2020). Plagiarisme dalam Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa: Proses, Bentuk, dan Faktor Penyebab. KREATIF: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam. 18(2): 147-160.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url