Yuk Intip Kumpulan Puisi Bertema Perjuangan Petani Kopi
Kopi memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap penikmatnya. Rasa khas yang dimiliki mampu memberikan ketenangan. Namun, untuk menghadirkan secangkir kopi yang nikmat ternyata tak mudah. Perjuangan inipun melahirkan inspirasi-inspirasi yang dapat dituangkan dalam karya puisi. Yuk intip beberapa puisi yang bertemakan Perjuangan Petani Kopi.
Puisi 1
PAHLAWAN SECANGKIR KOPI
          Oleh : Mukti Novita Utari
Hari masih terlihat gelap gulita
Rekahan mentari mulai menebar pesonanya
Tampak memerah dan bercahaya
Habis sembahyang teramat lega dirasa
Diapun mulai menggapai alat penopang kehidupannya
Lusuh dan rapuh terlihat begitu nyata
Termakan usia berpuluh tahun lamanya
Hampir sama dengan usia anak sulungnya
Perlahan kakinya yang renta mulai mengayuh sepeda tua
Berperang dengan hawa dingin yang menyergapnya
Angin semilir terus mengiringinya
Menemaninya menuju lahan sumber kehidupannya
Tak lama diapun tiba di tempat tujuan
Sepetak lahan dengan pohon kopi bertebaran
Di sepanjang mata memandang terlihat biji beraneka warna yang menggembirakan
Turunlah ia menuju ke tepian
Mulailah ia meraih tiap biji yang tua menawan
Diambilnya secara perlahan dengan penuh kebahagiaan
Dikumpulkannya pada kantong lusuh penuh perhatian
Akhirnya penantian panjang terbayarkan
Usahanya yang tak kenal waktu dan penuh penderitaan
Peluh yang tiap hari berceceran
Terbayar dengan hasil biji kopi yang memuaskan
Dan menciptakan secangkir kopi penuh kenikmatan
Puisi 2
PELUH DI BALIK NIKMATNYA KOPI
          Oleh : Mukti Novita Utari
Langit terlihat begitu ceria dengan warna birunya
Ditemani awan putih yang senantiasa setia
Dan sang mentari yang tersenyum bahagia 
Menciptakan terik hawa panas bersahaja 
Terlihat petani yang menyeka keringatnya 
Tak kuasa menahan panas yang dirasa 
Mundurlah ia di bawah pohon cemara 
Berteduh dari terik yang menyergapnya 
Iapun memandang jauh ke depan 
Terlihat biji kopi silau berkilauan 
Warna hijau mendominasi pandangan 
Sebentar lagi adalah kata yang selalu diucapkan 
Untuk menguatkan dalam perjuangan 
Diapun melanjutkan berkeliling lahan 
Bersapa dan melihat kesehatan pepohonan 
Memantau dengan penuh perhatian 
Tak terasa haripun semakin senja 
Terik mentari perlahan mereda 
Diberinya minum yang kehausan pohonnya 
Mengabaikan dirinya yang terlihat merasakan hal yang sama 
Rasa lelah terasa kuat menyergapnya 
Seharian bercengkrama dengan kopi sumber kehidupannya 
Peluh berceceran tak dirisaukannya 
Bayangan kenikmatan kopi terus menguatkannya
Puisi 3
DEMI SECANGKIR KOPI
               Oleh : Mukti Novita Utari
Pancaran sang mentari terasa semakin meninggi 
Ternyata waktu terus menuju ke tengah hari 
Ku tengok ke samping ternyata ada pak Tani 
Sedang mengelilingi kebun kopi 
Peluh yang membasahi tak dihiraukannya lagi 
Bahkan seolah hawa panas tak menghampiri 
Tangan rentanya sedang mengais rezeki 
Dengan alat tua yang sudah sering diperbaiki 
Terlihat begitu lelah yang dirasa pak Tani 
Tetapi disingkirkan seolah tak peduli 
Lelahnya kan terbayar dengan taburan panen kopi 
Dapat dinikmati di esok hari 
Kualitas tinggi tentu sangat diminati 
Dapat menciptakan seduhan kopi yang teramat dicintai 
Dan sebanding dengan penderitaan pak Tani 
Demi secangkir kopi rela lelah hingga sore hari 
Sungguh besar perjuangan pak Tani 
Tanpa kenal lelah mengelola pohon kopi 
Bercengkerama tiap waktu tanpa mengenal hari 
Demi secangkir kopi yang dapat dinikmati 
Terasa nikmat setelah perjalanan panjang 
Buah keringat pak Tani setelah berjuang 
Meski melalui banyak halang rintang 
Tapi mampu memberikan secangkir kopi yang terhidang
 
